ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN
Pemanasan global menjadi ancaman dan
perhatian serius bagi seluruh penghuni bumi. Melakukan penghematan energi bisa
dilakukan mulai dari hal-hal kecil, termasuk dari konsep desain rumah tinggal. Sebagai tempat aktivitas
setiap keluarga, rumah tinggal adalah tempat yang sangat menyerap penggunaan
energi, kedua terbesar setelah industri. Karena di dalam rumah manusia
beraktivitas selama 16 jam bahkan mungkin lebih yang didukung dengan penggunaan
listrik yang memakan energi cukup besar. Menuju bangunan atau rumah yang ramah
lingkungan, artinya kita harus mengukur mengenai dampak pada lingkungan luar
serta membantu memperbaiki lingkungan dalam.
Arsitektur ramah lingkungan yang juga
merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan
alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu,
lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini
menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding
dengan arsitektur pada umumnya.
Dalam
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 tentang Kriteria
dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan, bangunan ramah lingkungan
didefiniskan sebagai suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam
perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting
penanganan dampak perubahan iklim.
Bangunan yang
dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan hanya jika memenuhi kriteria-kriteria
berikut:
a. Menggunakan
material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi:
Material bangunan yang
bersertifikat eco-label;
Material bangunan lokal.
b.
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk
konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain:
Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi;
Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi
sumber daya air;
Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.
c.
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan
diversifikasi energi antara lain:
Menggunakan sumber energi alternatif terbaru yang rendah
emisi;
Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara
buatan yang hemat energi.
d.
Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam
bangunan gedung antara lain:
Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak
ozon;
Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam
kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.
e.
Terdapat
fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan
gedung antara lain:
Melengkapi
bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan
gedung fungsi usaha dan fungsi khusus;
Melengkapi
bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil
pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.
f.
Terdapat
fasilitas pemilahan sampah
g.
Memperhatikan
aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain:
Melakukan
pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih;
Memaksimalkan
penggunaan sinar matahari.
h.
Terdapat
fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain:
Melengkapi
bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati,
resapan air hujan dan lahan parkir;
Mempertimbangkan
variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim;
Mempunyai
perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang
Menjalankan
pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan.
i.
Terdapat
fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain:
Mempunyai
sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan
perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air
laut;
Menggunakan
material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan
yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat.
Manfaat Arsitektur Ramah Lingkungan
Selain ramah
lingkungan, berikut merupakan manfaat yang bisa didapatkan dari sebuah bangunan
yang didesain dengan pemikiran arsitektur ramah lingkungan berkelanjutan:
·
Bangunan
lebih awet dan tahan lama dengan perawatan minimal, karena bahan-bahan yang
digunakan merupakan bahan-bahan yang ramah lingkungan.
·
Pengeluaran
uang lebih efektif karena energi yang dihabiskan lebih efisien, misalnya biaya
listrik dapat dikurangi dari penempatan jendela yang sesuai sehingga cahaya
alami dapat digunakan sebagai pencahayaan ruang dalam bangunan dengan efektif.
·
Bangunan
lebih nyaman untuk ditinggali, karena bahan-bahan ramah lingkungan yang
digunakan untuk membangun bangunan akan membuat bangunan tersebut ramah
terhadap penghuninya.
·
Mendapatkan
kehidupan yang sehat, karena rumah ramah lingkungan yang membuat bangunan juga
turut menjadi ramah kepada penghuninya akan lebih menyehatkan penghuni bangunan
tersebut.
·
Ikut
berperan serta dalam kepedulian terhadap masalah lingkungan.
Pengaplikasian Desain Ramah Lingkungan
Terdapat beberapa cara untuk
menggambarkan sebuah desain ramah lingkungan, salah satunya penekanan pada
pengaplikasian 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali),
recycle (daur ulang), regenerate (memperbarui). Buletin Environmental Building
News menjabarkannya menjadi sebelas masalah paling penting dalam perancangan
yang dapat dipertahankan, yaitu:
1.
Hemat
energi: merancang dan membangun bangunan hemat energi.
2.
Bangunan
daur ulang: memanfaatkan ulang bangunan yang ada serta infrastrukturnya
daripada menggunakan ruang terbuka.
3.
Mangurangi
pemakaian bahan: mengoptimalkan rancangan yang menggunakan ruang lebih kecil
serta memanfaatkan materi dengan lebih efisien.
4.
Melindungi
dan meningkatkan mutu lahan: menjaga kelestarian dan mengembalikan ekosistem
lokal dan keanekaragaman.
5.
Memilih
bahan bangunan yang berdampak paling rendah terhadap lingkungan: menggunakan
materi bangunan yang berdampak paling kecil terhadap lingkungan dan juga bahan
dengan sumber efisien.
6.
Memaksimalkan
umur panjang: merancang agar dapat bertahan lama dan mudah beradaptasi.
7.
Menyelamatkan
air: merancang bangunan serta ruang luar yang hemat air.
8.
Membuat
bangunan sehat: enghasilkan lingkungan ruang dlaam yang aman serta nyaman.
9.
Meminimalisir
sampah konstruksi dan sampah penghancuran bangunan: mengembalikan, memakai
ulang, serta mendaur ulang sampah dari bidang pekerjaan dan mempraktikkan sifat
peduli lingkungan.
10.
Menghijaukan
bisnis: meminimalkan dampak lingkungan di tempat kerja dan menyebarluaskan
konsep ini.
Pengaplikasian pemilihan bahan bangunan
ramah lingkungan
Semen,
keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam
pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan
ramah lingkungan.
Dalam kerangka
atap kini menggunakan material baja ringan. Rangka atap dan bangunan dari baja
memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur,
mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan
fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan
kalkulasi teknik sipil. Dan tidak merusak lingkungan dengan banyaknya isu
penebangan liar. Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan
aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang.
Dinding
menggunakan Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir,
kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap
tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari
secara signifikan.
Penggunaan
keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif
desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan
dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna
pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.
Merangkai
lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik. Lantai
teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan kuning yang terkesan sederhana dan
antik dapat diekspos baik asal dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada
dinding dan lantai di beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran juga
masih memberi banyak pilihan tampilan.
Septic tank
dengan penyaring biologis berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus
untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap,
dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes,
tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan
khusus.
Untuk
mengantisipasi krisis air bersih, kita harus mengembangkan sistem pengurangan
pemakaian air , penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus, mendaur
ulang buangan air bersih, dan pengisian kembali air tanah.
Penggunaan
panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan
keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas
polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan.
Pada
akhirnya di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan krisis ekonomi
sekarang, cara pandang merencanakan atau merenovasi bangunan sudah harus mulai
diubah. Bagaimana menghadirkan bangunan yang hemat (bahan bangunan, waktu,
tenaga) yang berujung pada penghematan anggaran biaya dengan tetap menjaga
kualitas dan tampilan bangunan, serta ramah lingkungan. Selamat mewujudkannya.
0 komentar:
Posting Komentar