Loading...

Translate

Jumat, 24 April 2015

ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN


ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN

Pemanasan global menjadi ancaman dan perhatian serius bagi seluruh penghuni bumi. Melakukan penghematan energi bisa dilakukan mulai dari hal-hal kecil, termasuk dari konsep desain rumah tinggal. Sebagai tempat aktivitas setiap keluarga, rumah tinggal adalah tempat yang sangat menyerap penggunaan energi, kedua terbesar setelah industri. Karena di dalam rumah manusia beraktivitas selama 16 jam bahkan mungkin lebih yang didukung dengan penggunaan listrik yang memakan energi cukup besar. Menuju bangunan atau rumah yang ramah lingkungan, artinya kita harus mengukur mengenai dampak pada lingkungan luar serta membantu memperbaiki lingkungan dalam.
Arsitektur ramah lingkungan yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya.
Dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan, bangunan ramah lingkungan didefiniskan sebagai suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak perubahan iklim.
Bangunan yang dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan hanya jika memenuhi kriteria-kriteria berikut:
a.       Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi:
Material bangunan yang bersertifikat eco-label;
Material bangunan lokal.
b.      Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain:
Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi;
Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumber daya air;
Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.
c.       Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain:
Menggunakan sumber energi alternatif terbaru yang rendah emisi;
Menggunakan sistem pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi.
d.      Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan gedung antara lain:
Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon;
Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.
e.       Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik pada bangunan gedung antara lain:
Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus;
Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.
f.       Terdapat fasilitas pemilahan sampah
g.      Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain:
Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih;
Memaksimalkan penggunaan sinar matahari.
h.      Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain:
Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir;
Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim;
Mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang
Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan.
i.        Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain:
Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut;
Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat.
Manfaat Arsitektur Ramah Lingkungan
Selain ramah lingkungan, berikut merupakan manfaat yang bisa didapatkan dari sebuah bangunan yang didesain dengan pemikiran arsitektur ramah lingkungan berkelanjutan:
·         Bangunan lebih awet dan tahan lama dengan perawatan minimal, karena bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan-bahan yang ramah lingkungan.
·         Pengeluaran uang lebih efektif karena energi yang dihabiskan lebih efisien, misalnya biaya listrik dapat dikurangi dari penempatan jendela yang sesuai sehingga cahaya alami dapat digunakan sebagai pencahayaan ruang dalam bangunan dengan efektif.
·         Bangunan lebih nyaman untuk ditinggali, karena bahan-bahan ramah lingkungan yang digunakan untuk membangun bangunan akan membuat bangunan tersebut ramah terhadap penghuninya.
·         Mendapatkan kehidupan yang sehat, karena rumah ramah lingkungan yang membuat bangunan juga turut menjadi ramah kepada penghuninya akan lebih menyehatkan penghuni bangunan tersebut.
·         Ikut berperan serta dalam kepedulian terhadap masalah lingkungan.

Pengaplikasian Desain Ramah Lingkungan
Terdapat beberapa cara untuk menggambarkan sebuah desain ramah lingkungan, salah satunya penekanan pada pengaplikasian 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang), regenerate (memperbarui). Buletin Environmental Building News menjabarkannya menjadi sebelas masalah paling penting dalam perancangan yang dapat dipertahankan, yaitu:
1.      Hemat energi: merancang dan membangun bangunan hemat energi.
2.      Bangunan daur ulang: memanfaatkan ulang bangunan yang ada serta infrastrukturnya daripada menggunakan ruang terbuka.
3.      Mangurangi pemakaian bahan: mengoptimalkan rancangan yang menggunakan ruang lebih kecil serta memanfaatkan materi dengan lebih efisien.
4.      Melindungi dan meningkatkan mutu lahan: menjaga kelestarian dan mengembalikan ekosistem lokal dan keanekaragaman.
5.      Memilih bahan bangunan yang berdampak paling rendah terhadap lingkungan: menggunakan materi bangunan yang berdampak paling kecil terhadap lingkungan dan juga bahan dengan sumber efisien.
6.      Memaksimalkan umur panjang: merancang agar dapat bertahan lama dan mudah beradaptasi.
7.      Menyelamatkan air: merancang bangunan serta ruang luar yang hemat air.
8.      Membuat bangunan sehat: enghasilkan lingkungan ruang dlaam yang aman serta nyaman.
9.      Meminimalisir sampah konstruksi dan sampah penghancuran bangunan: mengembalikan, memakai ulang, serta mendaur ulang sampah dari bidang pekerjaan dan mempraktikkan sifat peduli lingkungan.
10.  Menghijaukan bisnis: meminimalkan dampak lingkungan di tempat kerja dan menyebarluaskan konsep ini.

Pengaplikasian pemilihan bahan bangunan ramah lingkungan
Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan.
Dalam kerangka atap kini menggunakan material baja ringan. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil. Dan tidak merusak lingkungan dengan banyaknya isu penebangan liar. Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang.
Dinding menggunakan Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.
Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik. Lantai teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan kuning yang terkesan sederhana dan antik dapat diekspos baik asal dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada dinding dan lantai di beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran juga masih memberi banyak pilihan tampilan.
Septic tank dengan penyaring biologis berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus.
Untuk mengantisipasi krisis air bersih, kita harus mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air , penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus, mendaur ulang buangan air bersih, dan pengisian kembali air tanah.
Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan.
Pada akhirnya di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan krisis ekonomi sekarang, cara pandang merencanakan atau merenovasi bangunan sudah harus mulai diubah. Bagaimana menghadirkan bangunan yang hemat (bahan bangunan, waktu, tenaga) yang berujung pada penghematan anggaran biaya dengan tetap menjaga kualitas dan tampilan bangunan, serta ramah lingkungan. Selamat mewujudkannya.










0 komentar:

Posting Komentar

Jakarta

 
TOP